“Kecerdikan harus membuat kita lebih bijak dalam perbuatan dan bukan menyombongkan diri karena memiliki kepintaran di atas rata-rata”
PAGI itu terik menyengat. Matahari terik bersinar dengan ganas, namun Kancil tidak terlalu merasakannya. Ia sedang tertidur pulas di bawah pohon yang rimbun. Tiba-tiba, mimpi indahnya terhenti mendadak oleh suara teriakan dan jeritan yang berulang kali memecah keheningan. Kancil membuka mata dengan kantuk, berat baginya untuk melakukannya. Di kejauhan, terlihat sekelompok binatang berlarian mendekatinya. “Ada apa ini?” gumam Kancil. Matanya berkedip-kedip, masih terasa berat karena kelelahan. “Kebakaran! Kebakaran!” teriak Kambing. “Ayo, Kancil! Hutan sedang terbakar! Mari kita lari!” Benar adanya. Asap pekat membubung tinggi ke langit. Kancil merasa ketakutan melihatnya. Tanpa pikir panjang, ia segera bangkit dan berlari mengikuti teman-temannya.
Kancil berlari tanpa henti. Wow, sungguh cepat larinya. Meskipun berbadan kecil, Kancil mampu berlari dengan gesit. Tanpa disadari, Kancil telah menjauh dan meninggalkan teman-temannya. “Napas ini terasa habis,” hentakannya berhenti dan ia duduk untuk beristirahat. “Tapi, di mana mereka semua?” Walaupun Kancil merasa lega karena selamat dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut. “Oh tidak, aku tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?” Kancil semakin takut dan kebingungan. “Ya Allah, tolonglah aku.”