Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang dengan senang hati. “Ah, inilah si pencuri!” Pak Tani gembira melihat jebakannya berhasil. “Ternyata engkau yang merusak ladangku dan mencuri timun-timunku.” Pak Tani tertawa saat melepaskan Kancil. “Katanya kancil itu binatang yang cerdik,” ejek Pak Tani. “Tapi mengapa tertipu oleh boneka ladang. Ha… ha… ha….”
Kancil pasrah saat dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Ia dikurung di dalam kandang ayam. Namun, Kancil terkejut saat Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate. “Aku harus segera keluar malam ini juga,” Kancil bertekad. “Jika tidak, nasibku akan berakhir.”
Pada malam harinya, ketika semua penghuni rumah telah tidur, Kancil memanggil Anjing, penjaga rumah. “Ssst… Anjing, mari kemari,” bisik Kancil. “Perkenalkan, aku Kancil. Binatang peliharaan baru Pak Tani. Tahukah kamu? Besok Pak Tani akan mengajakku pergi ke pesta di rumah Pak Lurah. Seru, bukan?”
Anjing terkejut mendengar berita tersebut. “Apa? Aku tidak percaya! Aku yang sudah lama menemani Pak Tani tidak pernah diajak pergi. Tapi kamu, baru saja datang sudah diajak,” ujar Anjing. Kancil tersenyum penuh makna. “Yah, terserah kalau kamu tidak percaya. Tunggu saja besok! Aku tidak berbohong!”
Ternyata Anjing terpengaruh oleh kata-kata Kancil. Ia meminta Kancil membujuk Pak Tani agar mengajaknya ikut pergi ke pesta. “Baiklah, aku akan mencoba membujuk Pak Tani,” janji Kancil. “Tapi malam ini, kamu harus menemaniku tidur di kandang ayam. Bagaimana?” Anjing setuju dengan usulan Kancil. Ia membuka gerbang kandang dengan tangkas dan masuk ke dalamnya. Dengan cepat, Kancil keluar dari kandang. “Terima kasih,” kata Kancil sambil menutup kembali gerbang kandang. “Maaf ya, aku terpaksa berbohong. Sampaikan salamku kepada Pak Tani, dan mohon berikan maafku padanya.” Kancil segera melarikan diri dari rumah Pak Tani. Anjing yang malang baru menyadari kejadian sebenarnya setelah Kancil menghilang. (*)
