Balisore.com – Bali, pulau yang kaya akan sejarah dan budaya, dikenal dengan banyaknya pura yang tersebar di seluruh wilayahnya. Keberadaan pura-pura ini tidak hanya menjadi tempat ibadah tetapi juga sebagai saksi bisu perjalanan sejarah dan perjalanan spiritual para raja di masa lalu. Salah satu pura yang menarik untuk dikaji adalah Pura Jempayah, yang memiliki sejarah panjang dan fungsi penting dalam kehidupan masyarakat Bali.
Pura Jempayah, yang terletak di tengah sawah di sebelah barat Lapangan Renon, pada awalnya dikenal sebagai Pura Pengulun Sawah. Pura ini berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi Dewi Sri, dewi kesuburan dalam ajaran Hindu Bali. Dewi Sri adalah manifestasi dari Dewa Wisnu dan merupakan pelindung pertanian dan kesuburan, sehingga pura ini berlokasi di area sawah atau subak yang merupakan kawasan pertanian.
Pura Jempayah memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan perjalanan Raja Ida Dalem Waturenggong. Pada tahun 1876, Raja Ida Dalem Waturenggong melakukan perjalanan dari Gelgel, Klungkung menuju Sidhakarya (sekarang Denpasar) untuk meninjau wilayah kerajaannya. Dalam perjalanannya, beliau tiba di sebuah hutan angker yang dikenal dengan nama ‘Madurgama.’ Di sana, beliau menemukan batu yang mengeluarkan asap dan melakukan pemujaan. Saat itu, beliau berjanji bahwa jika di lokasi tersebut ada tempat suci, akan dinamakan Pura Dalem Nyanggelan Yangbatu (Hyangbatu), dan jika ada desa di kawasan tersebut, maka desa tersebut akan disebut Desa Hyangbatu (Yangbatu).
Setelah beristirahat, Raja Dalem Waturenggong melanjutkan perjalanannya menuju Sidhakarya. Dalam perjalanan selanjutnya, beliau dan rombongannya menemukan sebuah pura di tengah sawah. Rombongan merasa sangat kelelahan, sehingga Raja Dalem Waturenggong memutuskan untuk istirahat. Setelah beristirahat, beliau memberi nama pura tersebut sebagai Pura Jempayah, yang diambil dari kata ‘payah’ yang berarti kelelahan dalam bahasa Bali.
Fungsi dan Makna Pura Jempayah