“Sebagai manusia dengan semangat dan keteguhan hati bisa melalui beragam cobaan dan tantangan hidup.”
ZAMAN dahulu kala, di Provinsi Sumatera Utara, terdapat dua kerajaan yang dikenal sebagai Kerajaan Timur dan Kerajaan Barat. Pada suatu waktu, raja Kerajaan Timur menikahi adik perempuan raja Kerajaan Barat. Beberapa tahun kemudian, mereka memiliki seorang putri yang diberi nama Si Dayang Bandir, dan tujuh tahun setelahnya, lahir seorang putra bernama Sandean Raja. Sayangnya, ayah Si Dayang Bandir dan Sandean Raja meninggal saat mereka masih kecil.
Kematian raja Kerajaan Timur menyebabkan takhta kerajaan menjadi kosong. Karena Sandean Raja masih terlalu muda untuk mengambil alih posisi ayahnya sebagai raja, Paman Kareang ditunjuk dalam sidang istana untuk menjalankan pemerintahan sementara.
Si Dayang Bandir memiliki ide untuk menyelamatkan benda-benda pusaka agar tidak jatuh ke tangan Paman Kareang yang hanya menjalankan pemerintahan sementara. “Aku harus menyelamatkan benda-benda pusaka ini agar nantinya adik Sandean Raja yang berhak memiliki mereka,” gumam Si Dayang Bandir. Namun, tidak lama setelah itu, Paman Kareang mengetahui bahwa Si Dayang Bandir telah menyimpan benda-benda pusaka tersebut. Ia mendesak Si Dayang Bandir untuk menyerahkan benda-benda itu. “Hati-hati! Keselamatanmu akan terancam jika benda-benda itu tidak kusimpan!” ancam Paman Kareang. Namun, Si Dayang Bandir tetap bertekad untuk tidak menyerahkan benda-benda pusaka tersebut.