Balisore.com – Ketika kamu berlibur di Bali. Tentu, di hari-hari tertentu akan terlihat jejeran penjor yang berdiri indah di depan rumah warga Hindu Bali. Penjor adalah tiang bambu tinggi melengkung setinggi sekitar 10 meter yang merupakan gambaran gunung.
Dihiasi dengan berbagai hiasan janur dilengkapi dengan dengan hasil-hasil bumi, kue, serta kain putih atau kuning, yang menjadi bagian dari beberapa unsur yang mencirikan penjor tersebut untuk kebutuhan upacara keagamaan Hindu di Bali. Penjor juga dikatakan simbol sebuah Gunung, dan gunung sendiri merupakan stana Tuhan.
Selain sebagai sarana upacara keagamaan di hari besar agama Hindu Bali, seperti halnya saat Galungan. Penjor juga kerap di adaptasi dari sisi seni dekorasinya. Untuk menggambarkan keagungan sebuah gelaran. Penjor kerap tampil sebagai salah satu dekorasi acara di Bali.
Fungsi atau makna penjor Galungan dalam kegiatan upacara dan hari raya agama Hindu di Bali, berkaitan erat dengan Galungan melambangkan pertiwi bhuwana Agung dan simbol gunung yang memberikan kesejahteraan dan keselamatan. Lambang pertiwi digambarkan sebagai bentuk wujud naga Basuki dan Ananta Boga.
Jadi Penjor di Bali berfungsi sebagai sarana perlengkapan upakara yang memiliki nilai sakral dan dalam pembuatannya harus memperhatikan unsur-unsur ataupun alat-alat yang dipakai melengkapi penjor tersebut. Penjor bisa dibuat seindah atau seseni mungkin sesuai dengan kemampuan, atau bahkan dibuat dengan sederhana sesuai kemampuan, situasi dan kondisi, namun yang tidak bisa dikurangi adalah unsur perlengkapannya.
Penjor sendiri dibuat menggunakan alat atau unsur-unsur dari alam semesta, seperti batang bambu, jenis daun (plawa) seperti janur, cemara, pakis aji dan andong, untuk buah-buahan dan umbi-umbian yang digolongkan sebagai pala bungkah (umbi-umbian) seperti umbi ketela, pala gantung seperti buah kelapa, pisang, mentimun atau jambu dan pala wija (buah berbiji) seperti jagung dan padi juga dilengkapi dengan kue, tebu dan uang kepeng. Semua hasil bumi atau hasil dari alam semesta tersebut juga memberikan arti sebagai rasa bakti dan ucapan terima kasih atas segala kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widi Wasa pada umat manusia.