Balisore.com – Pura Luhur Petali, yang terletak di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali, merupakan salah satu tempat suci yang menyimpan kekayaan spiritual dan sejarah yang mendalam. Terletak di lereng Gunung Batukaru, pura ini dikenal sebagai tempat peribadatan yang penuh makna dan keunikan. Meskipun cuaca di sekitar pura seringkali hujan dan berkabut, suasana yang tercipta di sana selalu dipenuhi dengan aura kesucian dan kedamaian yang mendalam.
Pura Luhur Petali: Pusat Spiritual dan Kesehatan
Pura Luhur Petali, sering disebut juga Pura Luhur Pucak Petali, bukanlah sekadar tempat peribadatan biasa. Pura ini merupakan bagian dari rangkaian pura yang dikenal sebagai “jajar kemiri,” yang mencakup Pura Muncak Sari, Pura Tamba Waras, dan Pura Besi Kalung. Masing-masing pura dalam jajaran ini memiliki fungsi dan keutamaan yang berbeda. Pura Muncak Sari dikenal sebagai pusat kesejahteraan, Pura Tamba Waras sebagai pusat pengobatan, dan Pura Besi Kalung sebagai simbol kekuatan dan kewibawaan. Sementara itu, Pura Luhur Petali berfungsi sebagai pengendali persatuan, sebuah peran yang sangat penting dalam menjaga harmoni dan keseimbangan di masyarakat.
Pada 15 November 2016, suasana di Pura Luhur Petali terasa berbeda. Meskipun hujan rintik-rintik membasahi tanah dan kabut menyelimuti kawasan tersebut, kehadiran para pamedek (umat) yang berdatangan memberikan warna dan energi tersendiri. Para pamedek tampak berbincang serius dengan pamangku (pemimpin upacara) dan pangayah (pembantu pamangku). Sebagian besar dari mereka datang untuk memohon doa dan bersembahyang, sementara yang lainnya datang dengan tujuan khusus seperti meminta kesembuhan atau bimbingan spiritual.
Tradisi dan Ritual di Pura Luhur Petali
Ritual di Pura Luhur Petali memiliki kekhasan tersendiri yang membedakannya dari pura-pura lainnya. Salah satu elemen yang paling mencolok adalah keberadaan Pohon Kresek yang besar. Pohon ini tidak hanya menjadi bagian dari landscape pura tetapi juga memiliki makna simbolis. Di bawah pohon ini, terdapat sebuah palinggih (altar) yang terbungkus oleh akar pohon. Momen ketika pamedek melakukan sujud di bawah Pohon Kresek menciptakan suasana yang sangat sakral dan penuh penghormatan.