Balisore.com – Di era modern ini, kode alam angka 168 mungkin terdengar familiar sebagai jumlah jam dalam seminggu (7 hari x 24 jam).
Namun, angka ini memiliki makna yang lebih dalam dan luas, melibatkan aspek estetika, sains, dan bahkan spiritualitas.
Buku “168 Hours” karya Laura Vanderkam yang terbit sekitar tahun 2010, menggunakan angka ini untuk menggambarkan cara kita memanfaatkan waktu kita setiap minggu.
Namun, dari manakah sebenarnya pemahaman mengenai angka 168 ini berasal dan apa relevansinya dengan konsep-konsep fisika dan spiritual?
Asal Usul Pemahaman Angka 168
Angka 168 tidak hanya relevan dalam konteks manajamen waktu sehari-hari, tetapi juga memiliki signifikansi yang mendalam dalam sains dan spiritualitas.
Dalam artikel berjudul “Semesta Simetris dan Kode 369 dari Nikola Tesla”, dibahas bagaimana angka-angka tertentu, seperti 168, seringkali mencerminkan keindahan dan simetri yang menjadi daya tarik bagi para fisikawan.
Simetri ini bukan hanya sekadar aspek estetika, tetapi juga merupakan bagian penting dari struktur alam semesta.
Keindahan dalam Sains: Perspektif Paul Dirac
Paul A.M. Dirac, seorang fisikawan teoretis terkenal yang memenangkan Hadiah Nobel pada tahun 1933, memperdebatkan peran keindahan dalam sains.
Dalam karyanya “The Evolution of the Physicist’s Picture of Nature”, Dirac menyatakan bahwa salah satu fitur mendasar dari alam adalah bahwa hukum fisika dasar dapat dijelaskan melalui teori matematika yang sangat indah.
Menurut Dirac, keindahan adalah ciri dari teori fisika yang baik, dan hukum fisika harus memiliki keindahan matematis.
Dirac menekankan bahwa keindahan dalam sains tidak hanya terkait dengan kompleksitas, tetapi juga dengan kesederhanaan dan elegansi.