“Bila kuku kita panjang, yang dipotong adalah kuku bukannya jari. Begitu juga bila ada masalah sesama sahabat atau saudara, yang dibuang adalah masalahnya bukan silaturahmi persahabatan atau persaudaraannya.”
KISAH ini berawal ketika Prabu Tapa Agung memilih Purbasari, putri bungsunya, sebagai penggantinya. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” ujar Prabu Tapa. Purbararang, kakak Purbasari, tidak setuju dengan penunjukan adiknya sebagai pengganti ayah mereka. “Aku adalah putri sulung, seharusnya ayah memilihku sebagai pengganti,” gerutu Purbararang kepada tunangannya, Indrajaya.
Ketidaksenangan Purbararang mencapai puncaknya, dan ia pun berniat jahat terhadap adiknya. Ia mencari seorang nenek sihir untuk mengutuk Purbasari. Nenek sihir tersebut membuang mantra pada Purbasari, mengubah kulitnya menjadi hitam berbintik-bintik. Dengan alasan itu, Purbararang memutuskan untuk mengusir adiknya. “Seseorang yang terkutuk seperti dia tidak layak menjadi seorang Ratu!” ujar Purbararang.
Kemudian, Purbararang memerintahkan seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke dalam hutan. Setibanya di hutan, Patih tersebut dengan baik hati membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia memberikan nasihat kepada Purbasari, “Tetaplah tabah, Tuan Putri. Cobaan ini akan berakhir, Tuhan selalu bersama Putri.” “Terima kasih, paman,” ucap Purbasari.