Balisore.com – Di jantung Kota Tua Yerusalem, terdapat dua bangunan yang sering kali dianggap sama meskipun memiliki fungsi, sejarah, dan desain yang berbeda. Masjid Al Aqsa dan Dome of The Rock (Kubah Shakhrah) adalah dua situs penting dalam sejarah Islam yang sering kali disalahartikan sebagai satu entitas. Artikel ini akan menguraikan perbedaan mendasar antara Masjid Al Aqsa dan Dome of The Rock, serta menjelaskan sejarah dan makna masing-masing bangunan tersebut.
1. Perbedaan Utama: Warna Kubah dan Fungsi Bangunan
Perbedaan yang paling mencolok antara Masjid Al Aqsa dan Dome of The Rock dapat dilihat dari warna kubahnya. Masjid Al Aqsa, yang merupakan salah satu situs suci dalam Islam, memiliki kubah berwarna keabu-abuan dengan bangunan yang didominasi oleh warna kecoklatan. Sebaliknya, Dome of The Rock atau Kubah Shakhrah memiliki kubah berwarna emas yang mencolok dengan dinding berwarna biru yang dihiasi dengan motif-motif indah.
Banyak orang sering kali mengira bahwa kubah emas milik Dome of The Rock adalah bagian dari Masjid Al Aqsa. Namun, kedua bangunan ini berdiri terpisah dan memiliki fungsi serta sejarah yang berbeda. Dome of The Rock bukanlah sebuah masjid, melainkan sebuah kuil yang dianggap suci dalam Islam dan sering kali dijadikan simbol visual utama dari kompleks Al Aqsa.
2. Sejarah Masjid Al Aqsa: Awal Mula dan Perkembangannya
Masjid Al Aqsa, yang juga dikenal sebagai Masjid Al Qibli, memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak masa Khalifah Umar bin Khattab. Pada tahun 638 M, setelah menaklukkan Levant, Khalifah Umar bin Khattab mendirikan masjid ini di lokasi yang sebelumnya adalah bagian selatan kompleks Al Aqsa. Ketika itu, Umar menolak tawaran Sophronius, Patriark Yerusalem, untuk sholat di Gereja Makam Suci, dengan alasan bahwa hal tersebut bisa menimbulkan masalah di masa depan jika umat Islam menjadikan gereja tersebut sebagai masjid.