Balisore.com – Masjid Istiqlal, sebagai masjid terbesar keenam di dunia dan terbesar di Asia Tenggara, berdiri megah di tengah hiruk-pikuk ibu kota Jakarta. Dengan kapasitas menampung hingga 200.000 jemaah, masjid ini menjadi salah satu bangunan monumental yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi bangsa Indonesia. Tidak hanya megah secara fisik, tetapi juga menyimpan makna mendalam sebagai simbol kemerdekaan dan rasa syukur kepada Allah SWT atas anugerah kemerdekaan Indonesia.
Sejarah Berdirinya Masjid Istiqlal
Nama “Istiqlal” diambil dari bahasa Arab yang berarti “kemerdekaan.” Pendirian masjid ini memang erat kaitannya dengan peristiwa bersejarah Indonesia, yaitu kemerdekaan pada tahun 1945. Gagasan pendirian Masjid Istiqlal pertama kali dicetuskan pada tahun 1950 oleh Menteri Agama KH Wahid Hasyim yang mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam. Tujuan utamanya adalah membangun sebuah masjid nasional yang bisa menjadi lambang syukur atas kemerdekaan bangsa dari penjajahan. Kubah besar dengan diameter 45 meter yang berdiri kokoh di masjid ini menjadi simbol dari tahun kemerdekaan Indonesia, yakni 1945.
Namun, perjalanan pembangunan Masjid Istiqlal tidaklah singkat. Pembangunannya memakan waktu hingga 17 tahun, dimulai dari pencetusan ide pada awal tahun 1950 hingga peresmian penggunaannya pada tahun 1978. Proses panjang ini menggambarkan betapa besar upaya dan tantangan yang dihadapi oleh panitia pembangunan serta pemerintah dalam merealisasikan proyek monumental tersebut.
Desain Arsitektur dan Sayembara Nasional
Untuk menentukan desain masjid, Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal (PPMI) mengadakan sayembara desain yang diumumkan secara nasional. Sayembara ini menawarkan hadiah berupa uang sebesar Rp 25.000 dan emas murni 75 gram bagi pemenangnya. Dari 27 peserta yang mengikuti sayembara, desain karya Friedrich Silaban dengan judul “Ketuhanan” akhirnya terpilih sebagai pemenang. Friedrich Silaban, seorang arsitek yang beragama Kristen, berhasil menggambarkan nilai-nilai Islam dalam desainnya dengan memadukan arsitektur modern yang mengedepankan keindahan, kekuatan, dan kemegahan.
Meski bukan seorang Muslim, Silaban melakukan riset mendalam mengenai arsitektur masjid, tata cara ibadah umat Muslim, hingga mempelajari pustaka tentang masjid-masjid besar di dunia. Karyanya menunjukkan bahwa Silaban memahami betul makna penting yang ingin disampaikan melalui Masjid Istiqlal, yaitu sebagai simbol kebesaran dan syiar Islam di Indonesia.
Lokasi Strategis di Jantung Ibu Kota
Pemilihan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal juga melalui proses yang tidak mudah. Beberapa usulan muncul, termasuk di kawasan Hotel Indonesia yang diajukan oleh Bung Hatta, serta di sekitar Monas atau Lapangan Medan Merdeka Barat yang diusulkan oleh sebagian warga. Namun, Presiden Soekarno akhirnya memutuskan untuk membangun masjid di lokasi yang sekarang, yang sebelumnya merupakan Taman Wilhelmina, sebuah taman yang digunakan sebagai gudang mesiu dan tempat penyimpanan kendaraan militer.