Balisore.com – Masjid Istiqlal, yang berlokasi di pusat ibu kota Jakarta, merupakan salah satu landmark penting di Indonesia. Sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara dan masjid terbesar keenam di dunia berdasarkan kapasitas jamaah, Masjid Istiqlal tidak hanya menjadi pusat ibadah umat Islam, tetapi juga simbol kemerdekaan serta kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Nama “Istiqlal” sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti “kemerdekaan,” mengingatkan kita akan perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan dari penjajahan.
Sejarah Pendirian Masjid Istiqlal
Masjid ini mulai dibangun pada 24 Agustus 1961 atas prakarsa Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Ia tidak hanya berperan sebagai penggagas, tetapi juga meletakkan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan. Pada tahun 1953, Yayasan Masjid Istiqlal dibentuk oleh Anwar Cokroaminoto, yang berperan sebagai ketua panitia pembangunan. Sejak saat itu, ide mendirikan masjid nasional Indonesia terus berkembang hingga akhirnya proyek ini menjadi kenyataan.
Pembangunan Masjid Istiqlal melibatkan Friedrich Silaban, seorang arsitek yang berasal dari Huria Kristen Batak Protestan. Pemilihan arsitek ini memperkuat pesan toleransi dan kerukunan beragama yang ingin disampaikan melalui masjid ini. Desain masjid ini mengusung tema “Ketuhanan,” dengan gaya arsitektur formalisme baru dan internasional, serta dihiasi dengan ornamen geometris yang memukau.
Lokasi Strategis: Simbol Kerukunan Antaragama
Keputusan untuk membangun Masjid Istiqlal di area Taman Wijaya Kusuma, yang dulunya dikenal sebagai Taman Wilhelmina, menunjukkan simbolisme yang kuat. Masjid ini dibangun di dekat Gereja Katedral Jakarta dan Gereja Immanuel, mencerminkan kerukunan antarumat beragama yang ditegakkan dalam prinsip Pancasila, dasar negara Indonesia. Letaknya yang berdekatan dengan Istana Merdeka juga memperkuat posisi Masjid Istiqlal sebagai simbol nasional.
Menariknya, pemilihan lokasi ini bukan tanpa perdebatan. Wakil Presiden pertama Indonesia, Mohammad Hatta, mengusulkan agar masjid dibangun di daerah pemukiman di Jalan Thamrin. Namun, Soekarno bersikeras agar masjid nasional ini dibangun dekat dengan alun-alun terpenting negara, yaitu di Lapangan Merdeka, mengikuti tradisi Jawa yang menempatkan masjid agung di dekat keraton.
Arsitektur Megah dan Kapasitas Luar Biasa
Salah satu keunggulan Masjid Istiqlal adalah kapasitasnya yang mampu menampung hingga 200.000 jamaah. Bangunan utama masjid terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar, mencerminkan lima rukun Islam. Kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang oleh 12 tiang besar menjadi ciri khas dari arsitektur masjid ini. Selain itu, menara tunggal setinggi 96,66 meter menjulang di sudut selatan, memberikan kesan megah dan monumental.