Namun, dorongan untuk terus belajar tidak pernah padam dalam dirinya.
Ia kemudian mempelajari ilmu beladiri dari biara Siauw Liem Sie (Shaolinshi) selama 14 tahun.
Ilmu yang diperolehnya tidak hanya sekadar gerakan fisik, tetapi juga bermuara pada harmoni antara tubuh dan pikiran.
Kembali ke Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1947.
Di sinilah ia mulai mengembangkan kursus silat untuk umum, termasuk di Universitas Gadjah Mada.
Namun, puncak dari perjalanan Pak Dirdjo terjadi ketika ia pindah dinas ke Surabaya pada tahun 1955.
Di sinilah, pada tanggal 2 Juli 1955, ia mendirikan silat Perisai Diri.
Warisan dan Penghargaan
Pak Dirdjo meninggalkan warisan berharga bagi Indonesia.