Kepeduliannya terhadap melestarikan seni bela diri tradisional tercermin dalam moto “Pandai Silat Tanpa Cedera”.
Ilmu yang ia ajarkan tidak hanya sekadar teknik bertarung, tetapi juga bermuara pada pengembangan diri yang holistik.
Pada tanggal 9 Mei 1983, Pak Dirdjo berpulang, meninggalkan tanggung jawab besar kepada para muridnya untuk melanjutkan warisan beliau.
Untuk menghargai jasanya, pemerintah Republik Indonesia memberikan gelar Pendekar Purna Utama kepada beliau pada tahun 1986.
Menghidupkan Kembali Warisan Budaya
Dalam era modern ini, Perisai Diri tetap berperan penting dalam melestarikan warisan budaya pencak silat.
Melalui pengajaran yang terus dilakukan oleh para muridnya, baik di dalam maupun di luar negeri, Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri terus menginspirasi generasi muda untuk menghargai dan mempelajari seni bela diri tradisional.
Dengan semangat dan dedikasi yang terus berkobar, Perisai Diri tidak hanya menjadi simbol kebanggaan nasional, tetapi juga sebuah penjaga api warisan budaya yang akan terus menyala selama-lamanya. (*)