Balisore.com – Pura Erjeruk, yang terletak di Banjar Gelumpang, Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, merupakan salah satu tempat suci yang penting dalam budaya dan spiritualitas Bali. Berdiri sekitar abad ke-10 Masehi, pura ini menyimpan sejarah dan makna yang mendalam dalam agama Hindu Bali. Dengan desain arsitektur yang khas dan sejarah yang kaya, Pura Erjeruk menjadi salah satu destinasi penting bagi umat Hindu dan wisatawan yang ingin memahami lebih dalam mengenai warisan budaya Bali.
Sejarah dan Asal Usul Pura Erjeruk
Pura Erjeruk dikenal sebagai salah satu pura tua di Bali, yang didirikan oleh Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh atau Dang Hyang Nirartha pada abad ke-10. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Pura Erjeruk termasuk dalam kategori Pura Sad Kahyangan, sedangkan yang lain menggolongkannya sebagai Pura Dang Kahyangan. Pura Sad Kahyangan adalah kumpulan pura besar di Bali, termasuk Pura Besakih, Batukaru, Watuklotok, Sakenan, dan Tanah Lot, sedangkan Pura Dang Kahyangan sering kali dianggap sebagai tempat suci yang menjadi petilasan para tokoh suci.
Menurut Ida Bagus Made Putra Adnyana, pemangku Pura Erjeruk, arsitektur pura ini mirip dengan Pura Kehen di Bangli, dengan ciri khas seperti bedawang nala yang terbelit dua ekor naga (Basuki dan Anantabhoga) pada bagian dasar palinggih utama. Hal ini menunjukkan bahwa Pura Erjeruk memiliki gaya arsitektur yang mirip dengan pura-pura tua lainnya di Bali.
Legenda di Balik Nama Erjeruk
Nama “Erjeruk” berasal dari cerita perjalanan Dang Hyang Nirartha bersama pengikutnya yang merabas hutan angker Payangan. Dalam perjalanan tersebut, banyak pengikutnya yang tewas karena berbagai alasan. Saat beristirahat, Dang Hyang Nirartha menemukan buah jeruk Linglang yang hanya bisa tumbuh di negeri para dewa. Buah tersebut digunakan untuk menghidupkan kembali pengikut yang tewas dan menyembuhkan yang terluka. Setelah peristiwa tersebut, Dang Hyang Nirartha membangun palinggih yang dinamakan Erjeruk sebagai tanda syukur dan penghormatan.