Balisore.com – Pura Jagatnatha Kerti Bhuana, yang juga dikenal dengan sebutan Pura Kerti Bhuana atau Pura Way Lunik, adalah salah satu pura utama bagi umat Hindu di Provinsi Lampung. Terletak di Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung, pura ini menjadi pusat spiritual yang menghubungkan umat Hindu dengan warisan budaya dan keyakinan leluhur mereka. Pura ini berdiri kokoh di atas perbukitan dengan ketinggian sekitar 120 meter di atas permukaan laut, menjadikannya tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai simbol kebesaran dan keteguhan iman.
Keunikan Arsitektur dan Lokasi Strategis
Salah satu daya tarik utama Pura Kerti Bhuana adalah arsitekturnya yang kental dengan nuansa Bali. Meskipun terletak jauh dari Pulau Dewata, pura ini mampu menghadirkan suasana khas Bali melalui candi bentar, jejeran pelinggih, dan bale kulkul yang menjulang tinggi. Dari pinggir Jalan Bypass Soekarno-Hatta, tempat suci ini sudah dapat dilihat dengan jelas, menarik perhatian siapa saja yang melintas. Arsitektur yang megah dan indah ini seolah membawa para pengunjung merasakan kedamaian dan ketenangan yang sama seperti saat berada di Bali.
Lokasinya yang strategis di tepi jalan utama membuat Pura Kerti Bhuana mudah diakses oleh berbagai moda transportasi. Hal ini memudahkan umat Hindu dari berbagai daerah di Lampung untuk bersembahyang di pura ini. Selain itu, letaknya yang berada di atas bukit memberikan pemandangan yang menakjubkan, menambah kesakralan dan keagungan pura ini.
Pura Kahyangan Jagat di Lampung: Sebuah Ikatan Spiritual
Keberadaan Pura Kerti Bhuana sebagai Pura Kahyangan Jagat di luar Bali merupakan hal yang sangat menarik untuk diperhatikan. Pura ini diempon oleh sekitar 475 kepala keluarga (KK) yang tersebar di empat banjar di Kota Bandar Lampung, yaitu Banjar Bhuana Santi, Banjar Tengah, Banjar Satriya, dan Banjar Satya Dharma. Jumlah ini mencerminkan kuatnya ikatan spiritual dan sosial di antara umat Hindu di wilayah tersebut.
Pura Kerti Bhuana bukan sekadar tempat ibadah, melainkan juga menjadi pusat kegiatan keagamaan dan budaya bagi umat Hindu di Lampung. Setiap upacara besar seperti Hari Raya Galungan, Kuningan, dan Nyepi, pura ini dipadati oleh ratusan pemedek (umat yang bersembahyang) yang datang untuk memohon berkah dan perlindungan. Saat memasuki pura, para pemedek disambut dengan ramah oleh beberapa orang yang bertugas untuk ngerapuh (memercikkan tirta pebersihan) dan memberikan kwangen serta bunga sebagai bagian dari ritual sembahyang.
Struktur dan Pembagian Mandala di Pura Kerti Bhuana
Pura seluas 5.000 meter persegi ini terbagi menjadi tiga mandala, yang merupakan bagian-bagian utama dalam struktur sebuah pura Hindu. Pembagian ini mencerminkan tingkatan spiritual dan fungsi dari setiap area dalam pura.
- Nista Mandala: Merupakan bagian terluar dari pura, yang berfungsi sebagai area persiapan sebelum memasuki bagian yang lebih sakral. Di sini terdapat bale kulkul setinggi 7 meter yang menjadi salah satu ciri khas arsitektur pura Bali.
- Madya Mandala: Bagian tengah pura ini merupakan tempat di mana terdapat pelinggih Dewa Ganesha, yang dipercaya sebagai Dewa Penghalang segala rintangan. Selain itu, di madya mandala juga terdapat bangunan yang menyerupai wantilan, yang digunakan untuk berbagai kegiatan upacara dan pertemuan.
- Utama Mandala: Bagian paling sakral dalam pura ini, yang di dalamnya terdapat beberapa pelinggih utama seperti padmasana, pelinggih gedong, bale pelik, panglurah, bale pemiosan, wantilan, dan bale gong. Utama mandala merupakan pusat dari kegiatan keagamaan dan tempat pemujaan yang paling suci.
Sejarah Berdirinya Pura Kerti Bhuana
Pura Kerti Bhuana didirikan sebagai pusat keagamaan bagi umat Hindu di Provinsi Lampung. Menurut Drh. Tjok Gede Dalem Pudak, pura ini mulai dibangun pada 16 Juni 1973. Pembangunan dimulai dengan pembelian sebidang tanah seluas 5.000 meter persegi yang terletak di atas bukit dengan ketinggian 55 meter di atas permukaan laut, tepatnya di Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Panjang.