Balisore.com – Pura Kanda Pat Sari, yang terletak di Banjar Pondok, Desa Peguyangan, Denpasar, Bali, merupakan salah satu pura yang memiliki kekhasan tersendiri di antara tempat suci umat Hindu di Bali. Tidak hanya dikenal karena keindahan arsitekturnya, tetapi juga karena tradisi unik yang diterapkan di dalamnya, terutama terkait pelaksanaan piodalan atau upacara suci.
Pura dengan Tiga Piodalan Berbeda
Salah satu daya tarik utama Pura Kanda Pat Sari adalah pelaksanaan tiga piodalan yang berbeda dalam satu pura. Piodalan adalah upacara keagamaan yang diadakan untuk menghormati para dewa, dan biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu sesuai dengan kalender Bali. Di Pura Kanda Pat Sari, piodalan ini tidak hanya satu, melainkan tiga, dengan masing-masing memiliki waktu dan makna yang berbeda.
Piodalan pertama adalah Piodalan di Peratengan, yang diadakan setiap Anggara Kliwon pertama setelah Hari Suci Nyepi. Nyepi adalah hari raya besar umat Hindu di Bali yang menandai tahun baru Saka, dan Anggara Kliwon merupakan hari penting dalam kalender Bali yang dianggap sebagai hari yang baik untuk melakukan upacara keagamaan.
Setelah Piodalan di Peratengan, Pura Kanda Pat Sari juga mengadakan piodalan di Tetamanan Catur, yang jatuh pada Tilem pertama setelah Nyepi. Tilem adalah fase bulan mati, yang dalam tradisi Bali dianggap sebagai waktu yang tepat untuk melakukan upacara yang bersifat spiritual karena diyakini sebagai saat ketika kekuatan alam dan spiritualitas berada pada puncaknya.
Piodalan ketiga dan yang paling besar adalah Piodalan Purnama Kadasa. Piodalan ini diadakan saat bulan purnama ke-10 dalam kalender Bali dan menjadi piodalan yang melibatkan seluruh bagian pura. Purnama Kadasa dianggap sebagai waktu yang sangat suci dan menjadi puncak dari serangkaian upacara yang dilakukan di Pura Kanda Pat Sari.
Keunikan Tata Letak dan Konsep Pura Kanda Pat Sari
Selain tradisi piodalannya yang unik, Pura Kanda Pat Sari juga menarik perhatian karena konsep tata letaknya yang jarang ditemukan di pura lain. Pura ini dibangun dengan konsep Pangider Dewata Nawa Sanga, yang berarti pura ini merupakan tempat pemujaan untuk sembilan dewa penjaga arah mata angin.