Balisore.com – Pulau Bali dikenal dengan kekayaan budaya dan keagamaan yang begitu kental, salah satunya tercermin dalam berbagai pura yang tersebar di seluruh pulau. Pura-pura ini tidak hanya menjadi tempat peribadatan, tetapi juga menyimpan sejarah dan tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satu pura yang memiliki sejarah mendalam adalah Pura Manik Tirta yang berada di Banjar Gunaksa, Desa Cempaga, Bangli. Pura ini memiliki hubungan erat dengan Pura Kehen, sebuah pura yang sangat penting di wilayah Bangli.
Sejarah Pura Manik Tirta dan Keterkaitannya dengan Pura Kehen
Pura Manik Tirta dikenal sebagai bagian dari Pura Kehen, yang disebut sebagai “perampian” atau bagian dari Pura Kehen. Kota Bangli sendiri, yang didirikan pada tahun 1204 Masehi, memiliki sejarah yang kuat terkait dengan Pura Kehen. Di Pura Kehen, terdapat berbagai palinggih (bangunan suci) yang dihormati, salah satunya adalah Meru Tumpang Solas (meru bertingkat sebelas). Selain itu, ada juga palinggih-palinggih lain yang berperan penting dalam upacara keagamaan, termasuk Palinggih Ida Bhatara Sakti Manik Tirta.
Palinggih Ida Bhatara Sakti Manik Tirta berada di Utama Mandala Pura Kehen, tepat di sebelah barat Meru Tumpang Solas. Palinggih ini berdampingan dengan beberapa palinggih lain seperti Palinggih Ida Bhatara Ratu Ngurah Sakti, Palinggih Ida Bhatara Gunung Agung, dan Palinggih Ida Bhatara Ratu Maspait. Setiap palinggih ini memiliki peran penting dalam pelaksanaan upacara keagamaan, yang digelar bersamaan dengan Piodalan Ida Bhatara Sakti Kehen.
Piodalan di Pura Kehen diadakan setiap enam bulan sekali pada hari Buda Kliwon Wuku Sinta atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pagerwesi. Walaupun terdapat prasasti sebagai bukti keberadaan Pura Kehen, namun tahun pasti berdirinya pura ini masih menjadi misteri.
Tradisi Pangusaban dan Ida Bhatara Turun Kabeh