Balisore.com – Setiap 17 Agustus, masyarakat Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan dengan beragam cara, mulai dari upacara bendera di lapangan umum hingga perayaan di lingkungan masing-masing. Namun, ada sebuah tradisi unik yang dilaksanakan di Pura Peninjoan, Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Bali, yang menggabungkan unsur spiritual dan patriotik dalam perayaan kemerdekaan. Tradisi ini melibatkan pengibaran bendera merah putih di sebuah pura dengan prosesi adat yang kental dan diyakini memiliki makna mendalam.
Pengibaran bendera merah putih di hari kemerdekaan adalah simbol nasional yang menggambarkan kebanggaan dan kecintaan terhadap tanah air. Namun, apa jadinya jika pengibaran bendera tersebut dilakukan di sebuah pura, dengan prosesi adat yang sarat makna? Inilah yang terjadi di Pura Peninjoan, sebuah pura di Desa Menyali, Bali. Tradisi ini tidak hanya mencerminkan rasa cinta tanah air tetapi juga menghormati aspek spiritual dan sejarah yang dalam.
Latar Belakang Tradisi
Pura Peninjoan, yang terletak di Desa Menyali, dikenal dengan keunikan tradisi pengibaran bendera merah putihnya. Sejak tahun 2005, umat Hindu di desa ini telah melaksanakan pengibaran bendera merah putih setiap 17 Agustus untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Tradisi ini dimulai berdasarkan pawisik, atau bisikan gaib, yang diyakini berasal dari Maha Patih Gajah Mada. Konon, bendera merah putih yang dikibarkan adalah warisan dari Gajah Mada, yang secara khusus meminta agar bendera tersebut dikibarkan di pura ini.
Pelaksanaan Upacara
Upacara dimulai pada pukul 07.30 WITA, bertepatan dengan peringatan HUT RI. Para umat Hindu dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar hingga tokoh masyarakat, berkumpul di depan Pura Peninjoan dengan mengenakan pakaian adat Bali. Suasana khidmat dan penuh penghormatan menyelimuti acara ini, dengan para pamedek (umat) yang telah mempersiapkan diri untuk upacara pengibaran bendera.
Ritual Pengibaran Bendera
Ritual pengibaran bendera diawali dengan persiapan khusus. Bendera merah putih yang disimpan di Bale Piasan (tempat penyimpanan) diupacarai terlebih dahulu dengan banten piuning, sebagai bentuk penghormatan. Prosesi ini dilakukan untuk memohon kelancaran dan kesakralan dalam pengibaran bendera. Setelah bendera siap, tiga orang pelajar membawa bendera ke tiang bendera yang terletak di depan pelinggih utama di Pura Peninjoan.