Sejarah dan Kemegahan Masjid Istiqlal: Simbol Toleransi dan Kemerdekaan

oleh -35 Dilihat
oleh
Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal

Balisore.com – Masjid Istiqlal, sebagai salah satu ikon keagamaan terbesar di Indonesia, tidak hanya merupakan tempat ibadah bagi umat Muslim, tetapi juga lambang kebesaran bangsa dan toleransi antarumat beragama. Berdiri megah di jantung Jakarta, masjid ini tidak hanya menjadi kebanggaan umat Islam Indonesia, tetapi juga dikenal sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara. Dengan luas lahan sekitar 9,9 hektare dan bangunan sebesar 2,5 hektare, Masjid Istiqlal mampu menampung hingga 100.000 jamaah. Menariknya, lokasinya yang berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta sering dianggap sebagai simbol nyata kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Awal Mula Ide Pembangunan Masjid Istiqlal

Ide pembangunan Masjid Istiqlal dimulai pada tahun 1950, ketika Menteri Agama saat itu, KH Wahid Hasyim, bersama H Anwar Tjokroaminoto bertemu dengan sejumlah tokoh Islam. Pertemuan tersebut membahas rencana pembangunan masjid besar sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemerdekaan yang telah diraih Indonesia. Nama “Istiqlal” yang diambil dari bahasa Arab, memiliki makna kebebasan atau kemerdekaan, yang sangat relevan dengan situasi bangsa saat itu yang baru saja merdeka dari penjajahan.

Ketika gagasan ini disampaikan kepada Presiden Soekarno, beliau menyambutnya dengan sangat antusias. Bahkan, Presiden Soekarno tidak hanya mendukung secara moral, tetapi juga siap membantu penuh dalam proses pembangunan Masjid Istiqlal. Sebagai presiden pertama Indonesia, Soekarno memiliki visi besar untuk menjadikan masjid ini tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga simbol kebesaran agama Islam di Indonesia.

Pemilihan Desain Masjid Istiqlal

Proses desain Masjid Istiqlal dilakukan melalui sayembara yang diikuti oleh 31 peserta. Menariknya, pemenang dari sayembara ini bukanlah seorang Muslim, melainkan seorang arsitek Kristen Protestan asal Sumatera Utara, Frederick Silaban. Presiden Soekarno sendiri yang menjadi ketua dewan juri dan memilih desain Silaban sebagai yang terbaik. Ini menunjukkan betapa tingginya nilai toleransi dan kebhinekaan yang diusung dalam proyek pembangunan masjid ini.

Baca Juga  Tisya Erni Lagu "Putus atau Terus", Coba Nyanyi Malah Dirujak Netizen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.