“Jangan suka menyombongkan diri dan menyepelekan orang lain, walaupun kita memang cerdas dan pandai.”
ANGIN semilir berhembus membuat penghuni hutan merasa mengantuk. Si Kancil pun tidak terkecuali. Untuk mengusir rasa kantuknya, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di hutan sambil memperlihatkan keangkuhannya. Sambil berjalan, ia menyatakan, “Semua orang pasti mengenal Kancil. Aku yang pintar, cerdik, dan pemberani. Aku dapat menyelesaikan setiap masalah dengan mudah.
” Ketika sampai di sungai, ia pun segera meminum air untuk menghilangkan dahaganya. Air yang sangat jernih memungkinkan Kancil melihat bayangannya. Ia berbicara pada dirinya sendiri, “Buaya, Gajah, Harimau, mereka semua hanyalah binatang bodoh yang akan kalah jika berhadapan denganku.”
Si Kancil tidak menyadari bahwa sejak tadi ia telah diperhatikan oleh seekor Siput yang duduk di atas batu besar. Si Siput berkata, “Hei Kancil, kau sedang asyik berbicara sendirian. Ada yang menyenangkanmu?” Kancil mencari sumber suara tersebut dan akhirnya menemukan Si Siput.
“Ternyata kamu sudah lama memperhatikanku, ya?” Siput yang kecil dan imut. Tidak, bukan itu yang aku maksud! “Kamu memang kecil, tetapi tidak imut-imut. Sebaliknya, kamu jelek seperti kotoran ayam,” ucap Si Kancil. Siput terkejut mendengar kata-kata penghinaan dari Kancil yang membuatnya kesal. Lalu, Siput berkata, “Hai Kancil! Kamu memang cerdik dan pemberani, maka aku menantangmu untuk perlombaan kecepatan.” Akhirnya, mereka setuju untuk melangsungkan perlombaan minggu depan.